seeperti yang agan ketahui juga era keemasan perfilman Indonesia berada pada
era 70-80an
di mulainya dari karya karya yang banyak mengilhami dan memberikan pengajaran kepada kita sebagai bangsa yang besar
nah dengan ini TS mau mengangkat orang-orang yang berpengaruh terhadap perfilman Indonesia
Adnan Kapau Gani
Ia adalah sosok pemuda terpelajar dengan gelar Doker dan juga ikut dalam tokoh politik yang terkenal sekali. A.K.Gani diajak main film untuk tuntutan agar kaum pelajar juga mau menonton film karena mereka anggap film adalah sampah.
Bagi A.K.Gani sendiri menilai cerita film Indonesia merupakan bagian dari perjuangan juga, yakni untuk mencintai buatan sendiri dan percaya akan kemapuan kita sendiri. Mirip seperti propaganda Mahatma Gandi di India. Ia main dalam film Asmara Moerni. Hasilnya film buatan Union ini bukan saja mendapat perhatian luas, tetapi menggemparkan. Pihak terpelajar mengecam Gani, karena mereka menilai film adalah hal yang kumuh. Beberapa ada yang mendukung, tetapi ini film awal Gani dan yang terakhir ia terlibat dalam film.
Abdullah harahap
Pionir novel gotik modern di Indonesia ini lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 17 Juli 1943. Penggemar roman Motinggo Busye itu sudah mengarang fiksi sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Ketika kuliah di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung, Jurusan Civic Hukum (tidak tamat), ia mulai mengarang cerita pendek, yang beberapa kali diterbitkan di harian Indonesia Jaya dengan redaktur Ali Shahab.
H. Djamaludin Malik
lahir di kota Padang dari keturunan Sultan Paharuyung (ayahnya) pada tanggal 13 Pebruari 1917. Sejak kecil sampai dengan wafatnya beliau menetap di Jakarta. Namun demikian semasa perjuangan fisik, almarhum turut berjuang di daerah Periangan (Bandung), Yogyakarta dan Balikpapan (Kaltim). Semasa hidup, almarhum merupakan pendiri dan Presiden Direktur PT. Persari (Perseroan Artis Indonesia) yang boleh dikatakan sama dengan Union Artis di Amerika Serikat. Disamping sebagai pengusaha film, almarhum bergerak dalam dunia perdagangan seperti : Presiden Direktur Biro Teknik “Prapatak” yang bergerak dalam bidang instalasi listrik, radio, menjual kulkas, mesin-mesin ketik/hitung, serta Presiden Direktur PT. Cimalaka (suatu pabrik tenun di daerah Sumedang).
Gotot Prakosa
Gotot Prakosa, kerap menjadi salah satu sumber informasi yang paling sering dicari atau dijadikan narasumber seputar keberadaan perjalananan panjang animasi tanah air. Ia adalah Ketua ANIMA (Asosiasi Film Animasi Indonesia). Selain itu, sejak Mei 2006 lalu, ia juga menjadi Board Member ASIFA (Asosiasi Film Animasi Internasional) untuk wilayah Asia Tenggara
Dr. Buya Hamka
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (atau lebih dikenal dengan julukan HAMKA, yakni singkatan namanya), lahir tahun 1908, di desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981, adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, dan aktivis politik.
Idris Sardi
lahir di Batavia, Hindia Belanda (sekarang Jakarta), 7 Juni 1938; umur 71 tahun) adalah seorang pemain biola yang sangat berbakat dan luar biasa sekali, hingga kini di Indonesia belum ada yang bisa menandinginya. Ia adalah anak dari pemain biola Orkes RRI Studio Jakarta, Bp. Sardi.
Pada usia enam tahun, pertama kali mengenal biola.
Pada umur sepuluh tahun ia sudah mendapat sambutan hangat pada pemunculannya yang pertama di Yogyakarta tahun 1949. Boleh dikatakan sebagai anak ajaib untuk biola di Indonesia, karena di usia muda sekali sudah lincah bermain biola (seperti Mozart di Eropa dalam komposisi).
PENGHARGAAN
Penghargaan yang diraih antara lain sebagai komponis dan ilustrator musik untuk film. Mendapat piala citra untuk Penata Musik Terbaik antara lain dalam Film-film
Pengantin Remaja (1971)
Perkimpoian (1973)
Cinta Pertama (1974)
Doea Tanda Mata (1985)
Nyoo Han Siang
Idealisme Gigih
Nurani wartawan, bakat dan minatnya sebagai intelektual tidak pernah hilang dari karier Nyoo Han Siang sekalipun telah menjadi bankir. Ia tetap bergaul dengan semua golongan yang bisa dianggap "intelektual" mulai dari wartawan, seniman, politikus ABRI di samping bankir dan pengusaha sebagai rekan seprofesi.
Penulis mengenal Nyoo sejak tahun 1970, masih di saat garis karier yang menanjak menjelang kulminasinya di BUN (*Bank Umum Nasional) dalam suatu wawancara khusus untuk majalah berita "Ekspres" (almarhum).
penata artistik Delsy Syamsumar
(lahir di Medan, 7 Mei 1935 – meninggal 7 Juli2001 pada umur 66 tahun) adalah seorang pelukis “Neoklasik” Indonesia berasal dari Sungai Puar, Sumatra Barat. Pelukis ini telah menampakkan bakat melukisnya sejak usia 5 tahun. Di waktu perang revolusi keluarganya memilih tinggal di Bukittinggi. Delsy melalui sekolah dasar dan menengah umum bahkan pendidikan agama Islam, ia selalu menonjol dalam pelajaran seni lukis dan menjadi juara pertama pada setiap sayembara di sekolah sekolah di Sumatera Barat.
Film yang di tanganinya:
• Holiday in Bali (1962) ... Penata Artistik
• Biarkan Musim Berganti (1971) ... Penata Artistik
• Mawar Rimba (1972) ... Penata Artistik
• Deru Campur Debu (1972) ... Penata Artistik
• Benyamin Spion 025 (1974) ... Penata Artistik
• Sebelum Usia 17 (1975) ... Penata Artistik
• Noda dan Asmara (1977) ... Penata Artistik
• Jalal kimpoi Lagi (1977) ... Penata Artistik
• Cakar Maut (1977) ... Penata Artistik
DLL
El Badrun / Bachrun Djamalim penata artistik
Lahir Rabu, 25 Januari 1950 di Tegal. Pendidikan : SLA (1969), KPU Sinematografi (KFT) dan Kursus Pendidikan Sutradara (1992). Sebelum ke film El Badrun pernah mendesain sepatu, pakaian, batik dan sablon. Di ajak oleh abangnya Imam Tantowi, ia mulai menjadi Asisten Penata Artistik dalam Biarkan Musim Berganti (1971) produksi PT Chandra motion picture
film nya
Penata Efek Khusus
• Ratu Ilmu Hitam (1979)
• Mistik (1981)
• Lebak Membara (1983)
• Golok Setan (1984)
• Pasukan Berani Mati (1985)
• Saur Sepuh: Satria Madangkara (1988)
• Saur sepuh II: Pesanggrahan Keramat (1989)
dll masih banyak banget gan
Pramodya Ananta Noer
[web=]http://incaf.net/wp-content/plugins/rss-poster/cache/2305a_S58H77E5ou.jpg[/web]
Nama:Pramoedya Ananta Toer
Lahir:Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925
Meninggal:Jakarta, 30 April 2006
Isteri:Maemunah Thamrin
Buku:
Fiksi:
Krandji-Bekasi Djatuh, 1947
Perburuan, 1950
Revolusi, 1950
Mereka Jang Dilumpuhkan (Bag 1 dan 2), 1951
Bukan Pasar Malam, 1951
Dia Yang Menyerah, 1951
Tjerita Dari Blora, 1952
DLL
Salim Said
sang kritikus film berlatar belakang Militer
TNI (1964-1965),
S-1 Fakultas Psikologi
jurusan Sosiologi dan Fakultas Sosial & Politik UI Jakarta (1976)
MA pada jurusan Hubungan Internasional di Ohio University, Athens, Ohio, Amerika Serikat (1980),
MA pada jurusan Ilmu Politik di Ohio State University, Columbus, Ohio,
Amerika Serikat (1983),
PhD pada jurusan Ilmu Politik di Ohio State University, Columbus, Ohio,
Amerika Serikat (1983)
Awalnya ia di kenal sebagai wartawan sekaligus penulis. Ketajaman tulisannya dalam mengulas film Indonesia menyebabkan dia ‘kurang disukai’ oleh para produser film. Aktif dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan dunia film antara lain, hingga awal 1980-an sebagai Kepala Urusan (desk) Film & Luar Negeri majalah Tempo.
Pengamat Militer dan juga seorang diplomat ini pernah menjadi Ketua Bidang Luar Negeri Pantap FFI (1988-1992), anggota Dewan Film Nasional selama 2 periode (1989-1995) dan pada tahun 1990 terpilih sebagai ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan dipilih kembali pada tahun 1993.
Soemardjono
Dia lebih banyak menganalisa film dalam karirnya, dan itu muncul di buku-bukunya serta terjemahannya dari buku asing juga banyak sekali artikel dia di koran-koran saat itu.
Nama :Soemardjono Demang Wiryokusumo
Lahir :Suryotarunan, Yogyakarta, 31 Maret 1927
Wafat :28 Agustus 1998
semoga orang orang perfilman sekarang bisa mengembalikan era jaman keemasan perfilman Indonesia yang berkualitas dan mendidik tidak seperti sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar