Rabu, 30 Maret 2011

[lagi] Roy Suryo; Saya adalah pejabat DPR yang terhormat...!!


Masih berita Roy Sukro dan ini update terbaru nya ttng sombong nya bapak penerawang satu ini...

SAYA ADALAH PEJABAT DPR TERHORMAT....

Klw sudah masuk ke berita publik baru deh bilang Khilaf....sok jaga citra dewan terhormat....kemaren2 kemana aja pas kejadian perkara...segala sesumbang kesombongan bawa2 jabatan....

cekidot



INILAH.COM, Jakarta – Pangkat atau jabatan yang terhormat sering kali dipandang tidak ubahnya keris yang memiliki ‘kesaktian’. Begitu keris itu ditunjukkan, seketika itu pula orang yang melihatnya akan tertunduk, luluh tak berdaya.

Itulah mengapa banyak pejabat yang terang-terangan menenteng pangkat, jabatan, atau kedudukannya untuk keperluan lain di luar jabatannya. Mulai dari meluluhkan hati polisi lalu lintas yang mencoba menilangnya hingga meminta fasilitas untuk mendapatkan kenyamanan.

Itulah pula yang mungkin ingin diterapkan anggota Komisi I DPR Roy Suryo saat bepergian menggunakan pesawat. Pada Sabtu (26/3/2011), Roy hendak bepergian menggunakan Lion Air menuju Yogyakarta. Ia memegang tiket untuk penerbangan 07.45 WIB, namun ia mencoba meminta untuk terbang lebih awal.

Keinginannya itu dikabulkan dan ia pun mendapat tempat duduk pada penerbangan pukul 06.15 WIB. Ia pun dengan santai duduk bersama istrinya di kursi yang tertera di boarding pass miliknya. Namun, ia kaget ketika datang penumpang lain yang ternyata memiliki nomor tempat duduk yang sama. Apalagi penumpang tersebut menunjukkan bahwa ia pemegang tiket untuk penerbangan 06.15.

Cek-cok mulut pun tidak bisa dihindarkan. Keduanya sama-sama yakin bahwa dialah yang paling berhak atas tempat duduk itu. Akibatnya, penumpang lain pun terpancing hingga akhirnya suasana menjadi gaduh. Pramugari dan petugas penerbangan kemudian turun tangan.

Setelah cek sana cek sini, lihat sana lihat sini, petugas dan pramugari itu menyatakan bahwa Roy salah memasuki pesawat. Roy tak berhak menduduki kursi itu dan harus meninggalkan pesawat. Petugas itu memintanya turun dengan alasan Roy telah mengganggu penerbangan.

Tentu saja, Roy tidak terima dikatakan seperti itu. Ia pun balik menggertaknya dengan mengeluarkan ‘jurus maut’, yakni jabatannya sebagai anggota DPR yang terhormat.

“Bapak tahu siapa saya sebenarnya?” kata Roy penuh percaya diri. Kontan petugas tadi kaget mendengarnya, tapi ia malah diam. Roy kembali mempertegas gertakannya, dengan mengatakan, “Tahu enggak saya ini siapa? Cek dong,” tegasnya.

Entah gentar atau memang karena bukan lawannya, petugas yang menurut Roy berpenampilan seperti Satpam itu kemudian meninggalkan Roy. Mungkin ia tahu kalau Roy adalah anggota DPR yang terhormat. Atau paling tidak ia tahu lewat media gosip bahwa ia bukan orang sembarangan, orang yang ahli menerawang apa yang ada di balik gambar atau video porno.

Namun, petugas itu tak kehabisan akal. Ia balik lagi membawa ‘lawan’ yang sebanding untuk Roy. Ia membawa petugas counter yang memberinya tempat duduk. Petugas ini rupanya sudah biasa menghadapi banyak orang dari berbagai macam kalangan. Ia tak gentar menghadapi Roy dan mengambil keputusan yang sama dengan petugas tadi, Roy harus turun dan meninggalkan pesawat itu.

Roy kini tak bisa berbuat apa-apa lagi. Senjata ampuhnya ternyata tumpul menghadapi petugas counter tadi. Apalagi, dalam posisi terdesak itu, penumpang lain ikut nimbrung mengusirnya. Roy pun kini berhadapan dengan ‘musuh’ baru, yakni penumpang lain. Ia mencoba melayani penumpang itu dengan balas menggertak, meminta mereka untuk tidak turut campur, karena ini urusannya dengan Lion Air.

Namun, penumpang pun tidak mundur dengan perkataan Roy itu dan tetap memintanya turun. Roy akhirnya luluh oleh serbuan bertubi-tubi itu. Apalagi ada penumpang yang meneriakinya, ‘goblok’. Ia pun kemudian turun dan meninggalkan pesawat itu.

Roy mengakui ia khilaf membawa-bawa jabatannya itu untuk menggertak petugas penerbangan tersebut. Tidak seharusnya ia membawa-bawa jabatan untuk menggertak orang. “ Saya akui itu, saya khilaf karena dia menyuruh saya turun, (alasannya) karena mengganggu penerbangan. Manusia tidak ada yang sempurna, pasti pernah salah. Saya minta maaf kok dan menyalami semuanya," ujarnya kepada INILAH.COM, Selasa (29/3/2011).

Kekhilafan itu boleh jadi menyadarkan dan membuka wawasan bahwa jabatan tidak selamanya bisa membuat semua orang mengikuti keinginannya. Jabatan hanya akan berfungsi di tempat bekerja. Jabatan yang terhormat sekalipun tidak bermanfaat jika digunakan bukan pada tempatnya, tidak bisa membawanya terbang, tidak pula sekadar untuk menumpang duduk. [tjs]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar