Perdebatan tentang kebohongan Pemerintah yang digulirkan oleh para tokoh agama masih terus bergaung. Salah satu dari kebohongan yang dituduhkan pada pemerintah adalah berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, dimana para tokoh agama dan kemudian didukung oleh beberapa pihak lain menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Mana yang benar dan mana yang bohong penulis tidak mengerti dan tidak punya keinginan untuk masuk dalam polemik tersebut. Namun bagaimanapun dengan tema yang ditetapkan Redaksi, masalah pertumbuhan ekonomi dan jumlah keluarga miskin akan sangat berkaitan.
Suka atau tidak suka belakangan ini kita harus menyaksikan pertumbuhan pasar modern dalam wujud hypermarket yang begitu pesat. Persaingan diantara merekapun begitu nyata sehingga tidak mengherankan ketika satu hypermarket dari group tertentu terlihat berkembang maka akan segera dibangun hypermarket dari group pesaing. Anehnya, ditengah hiruk pikuk yang memperdengarkan bahwa masyarakat mengalami kesulitan ekonomi sebagai akibat dari lonjakan harga komoditas tertentu dan issue pembatasan BBM, hypermarket yang meskipun baru saja dibuka hampir selalu dijejali pembeli. Terlebih kalau kita mengamati jumlah orang berbelanja di pasar modern tersebut pada akhir bulan sampai awal bulan. Hal ini seakan menggambarkan bahwa belanja kebutuhan bulanan menjadi program rutin yang harus dilakukan oleh sebagian besar masyarakat dan pasar modern menjadi pilihan ideal. Namun apakah gambaran ini bisa merepresentasikan bahwa daya beli masyarakat Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan. Tentunya tidak mudah untuk menyimpulkan hal tersebut.
Pada sisi lain, pasar tradisional yang sejatinya merupakan urat nadi perekonomian masyarakat secara perlahan mulai ditinggalkan oleh sebagian pelanggannya, khususnya pelanggan dari kelas menengah keatas. Hal ini tentunya tidak boleh dibiarkan terus terjadi, karena pasar tradisional bukan hanya merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional merupakan gantungan hidup atau tempat mencari nafkah berbagai kalangan masyarakat. Kehidupan pasar tradisional melibatkan pengrajin makanan tradisional (jajanan pasar), petani sayuran, peternak ayam skala kecil sampai menengah yang menjual hasil panen atau ternaknya, tentunya pedagang, kuli pikul dan bahkan anak-anak yang sekedar menjajakan kantong kresek. Ini menunjukkan bahwa kematian pasar tradisional akan secara langsung melonjakkan jumlah masyarakat miskin dan pengangguran.
Bagaimanapun pertumbuhan pasar modern yang didominasi hanya oleh beberapa pemain kuat tersebut telah memberikan dampak negatif terhadap pasar tradisional. Mudahnya perizinan pendirian pasar modern secara nyata telah mengakibatkan kelesuan pada pasar tradisional yang terhimpit oleh persaingan antar pasar modern. Pastinya tanpa perlindungan pemerintah melalui perdanya secara perlahan pasar modern akan mempersempit ruang gerak pasar tradisional. Bagaimanapun manajemen modern yang dilengkapi oleh sumber daya manusia terdidik dan ditunjang oleh sarana yang memadai yang dimiliki oleh pasar modern tidak mungkin disaingi oleh pedagang kecil yang hanya mengandalkan naluri dan perhitungan sederhana. Dengan keterbatasan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja baru, khususnya bagi masyarakat dengan modal pendidikan yang pas-pasan, maka perlindungan terhadap keberadaan pasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar