Selasa, 26 April 2011

[waspada tikus]Leptospirosis Renggut 2 Nyawa di Sleman


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Leptospirosis atau penyakit akibat bakteri Leptospira sp yang ditularkan hewan ke manusia atau sebaliknya, merenggut dua nyawa lagi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kedua korban tewas adalah warga Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, dan Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok. Ini menambah panjang daftar korban tewas leptospirosis di Sleman menjadi 35 orang.

"Keduanya positif leptospirosis. Tetapi kami teliti lagi, sebab bisa jadi kematian karena penyakit penyerta lain," kata Kepala Bidang Pengendalian, Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Cahya Purnama, Senin (25/4/2011).

Menurut dia, kedua korban diketahui memiliki IGM atau imunoglobin positif leptospirosis. Meski begitu, hingga kini penyebab pasti kematiannya masih diteliti lebih dalam lagi.

Dinas Kesehatan selanjutnya akan melakukan audit rekam medik terhadap dua warga tersebut selama menjalani perawatan di rumah sakit. Selain dua warga yang meninggal tersebut, Dinkes mencatat masih ada dua pasien terduga Leptospirosis yang hingga kini masih dirawat di salah satu rumah sakit di Yogyakarta.

Kedunya berasal dari Kecamatan Gamping, salah satu daerah rawan penyakit ini. Sebelumnya satu pasien warga Gamping meninggal diduga kuat akibat leptospirosis. Namun dari hasil aduit medis diketahui yang bersangkutan meninggal karena faktor penyakit lain, meski terkena juga leptospirosis.

Cahya Purnama mengatakan, sebenarnya penderita Leptospirosis dapat disembuhkan jika mendapat pertolongan cepat, karenanya masyarakat diharapkan waspada terhadap gejala letospirosis.

Gejala itu di antaranya mirip flu, demam, mata merah dan nyeri otot betis. Jika sudah parah, penderita bisa mengalami mual dan muntah muntah.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Mafilindati Nuraini, menjelaskan, secara klinis, masa inkubasi bakteri leptospirosis membutuhkan waktu antara satu hingga dua pekan.

Dalam masa tersebut penderita harus segara diberi obat antibiotik. Jika terlambat dikhawatirkan akan menjalar ke organ lain dan menyebabkan komplikasi.

"Kondisi sangat buruk jika indikasinya mata berwarna kuning. Itu artinya penderita mengalami gagal hati dan ginjal," kata Mafilindati. Untuk mencegah meledaknya kasus penderita leptospirosis di Sleman, Dinkes menggiatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai waspada dini leptospirosis.

Masyarakat diimbau selalu menjaga sarana kesehatan dan menerapkan hidup bersih dan sehat. Sebab bakteri leptospira, penyebab leptosiprosis mampu bertahan lama hidup di air hingga lebih dari tiga tahun selama kondisinya kondusif. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar