VIVAnews -- Belasan mahasiswa di Malang, Jawa Timur menjadi korban pencucian otak kelompok yang menyebut diri sebagai Negara Islam Indonesia (NII), beberapa di antaranya bahkan dinyatakan hilang.
Prihatin dengan kasus yang menggegerkan ini, seorang mantan korban NII, sebut saja TW menceritakan pengalamannya dirangkul kelompok gerilya ini tahun 2000 lalu.
"Saat itu saya duduk di kelas tiga SMA. Itu bermula dari ajakan teman yang mengatakan, kalau ingin mendapat banyak kenalan cewek cantik, bisa mengikuti kegiatan dan pengajian di kelompoknya," kata TW kepada VIVAnews.com.
Juga diajarkan, bahwa selain membawa dosa asal, manusia juga dibebani dosa-dosa yang ia lakukan. "Pernah saya ditanya, berapa kali anda melakukan onani. Itu dosa dan harus dibersihkan. Caranya dengan 'kifarat' atau membayar denda. Kalau belum terbayar, dendanya terus berlibat dan harus terbayar saat hendak mengikuti baiat," urai TW.
Penjelasan lain menyebut, yang tergabung di NII bebas melakukan apa saja. Bahkan, hukumnya wajib untuk menyokong terwujudnya NII menggantikan NKRI. Sekalipun merampas harta benda milik orang tua dan orang lain di luar NII. "Saya mendapat penjelasan itu hukumnya wajib guna mendorong terwujudnya NII," lanjutnya.
Dalam genggaman dan pengawasan NII, TW mengaku sempat bimbang. Hatinya berkecamuk antara yakin dan sebaliknya. Ia pun, sempat mengatakan niatnya pergi ke Jakarta untuk mengikuti baiat guna menyempurnakan keimanan sebagai warna NII. "Saya sempat bimbang, terus terngiang antara sholat tidak sah karena tinggal di negeri kafir NKRI. Dan, menghalalkan segala cara untuk mewujudkan cita-cita terbentuknya NII," urai TW.
TW juga mengaku diminta merekrut orang lain. "Saya disarankan untuk mencari atau merekrut orang kaya, tapi bodoh, lemah akidah dan agamanya," kata TW.
SUMBER selengkapnya di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar