Jombang (beritajatim.com) - Dukun cilik asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh muncul lagi. Namun kali ini bocah fenomenal itu bukan mengobati orang sakit dengan batu saktinya. Dia didatangi sejumlah pelajar SMP menjelang pelaksanaan Unas.
Para pelajar tersebut meminta air yang sudah dicelupi batu pipih milik Ponari. Mereka berharap, saat mengerjakan Unas bisa tenang dan lancar. "Ini hanya salah satu usaha saja. Yang terpenting tetap belajar yang rajin," kata Syaiful, pelajar SMP di Kecamatan Megaluh, Jumat (22/4/2011).
Syaiful datang ke rumah Ponari tidak sendirian. Ia juga mengajak sekitar 10 orang temannya sekelas sembari membawa satu botol air mineral. Selain itu, mereka juga membawa pensil jenis 2B yang akan digunakan untuk Unas.
Begitu sampai di rumah Ponari, air yang dibawa para pelajar tersebut dipindah ke ember plastik. Selanjutnya, pensil untuk Unas itu diceburkan didalamnya. Tak berselang lama, Ponari yang sudah membawa batu 'sakti' muncul dari rumahnya. Ember berisi air yang berjajar di teras itu kemudian ia celupi batu secara bergantian.
Selesai menjalankan tugasnya, anak pasangan Komsin dan Mukaromah ini kembali ke dalam rumah. Sayangnya, ketika sejumlah wartawan hendak melakukan wawancara, bocah fenomenal ini hanya menggelengkan kepala. Bahkan ia terus menundukkan wajah ketika kamera wartawan membidik wajahnya. "Semakin dewasa, dia jadi pemalu," kata Mukaromah, ibunda Ponari.
Bagimana kondisi Ponari? Mukaromah menjelaskan, anak semata wayangnya tersebut saat ini duduk di kelas V SDN Balongsari. Pasien yang datang ke rumahnya juga turun drastis jika dibandingkan dengan tiga tahun lalu. Yakni, ketika puluhan ribu orang berdatangan ke rumahnya untuk meminta kesembuhan dari batu petir milik anaknya.
Saat ini, lanjutnya, yang datang untuk meminta celupan air Ponari bisa dihitung dengan jari. Itupun hanya hari-hari tertentu, semisal Sabtu dan Minggu. Meski begitu, Mukaromah tak berhenti mengucap syukur. Pasalnya, kondisi ekonomi keluarganya terkerek karena ketenaran Ponari.
Betapa tidak, Mukaromah beserta keluarganya kini mendiami rumah megah berlantai keramik di ujung desa. Ia juga memiliki satu hektar sawah yang bisa digunakan penopang hidup. Yang lebih mengejutkan, mainan Ponari juga mulai bergeser. Jika dahulu, bocah kelas V SD ini gemar bermain HP (Hand Phone), kini Ponari sudah lihai bermain laptop alias komputer jinjing. "Akhir bulan ini Ponari menjalani khitan. Undangan sudah kita sebar," pungkas Mukaromah.
Sementara itu Suparti (45), orang tua siswa SMP mengatakan, ia mengantarkan anaknya untuk meminta air bertuah dari Ponari. Pun demikian, ia menyadari bahwa upaya tersebut hanya salah satu ikhtiar saja. Yang terpenting, lanjut Suparti, adalah menyuruh anaknya belajar secara tekun. [suf/ted]sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar