JAKARTA (Pos Kota) – Pemerintah sama saja melakukan cara konvensional, jika menawarkan opsi menaikkan harga premium Rp2.000/liter, dari Rp4.500 menjadi Rp6.500/liter.
“Kenapa tidak dari dulu saja. Selama ini pemerintah kan selalu berlagak jual mahal untuk menaikkan harga premium,” kata pengamat perminyakan Pri Agung Rakhmanto, Senin (18/4).
Sebelumnya, Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Eddy Saputra Irawadi ada empat opsi yang akan diajukan pemerintah, di antaranya menaikkan harga BBM Rp6.500/liter.
Ia juga menilai kenaikan harga premium sekaligus Rp2.000/liter termasuk cukup tinggi. Kenaikan harga sebesar ini dikhawatirkan bakal menambah panjang penderitaan masyarakat.
Selama ini, hidup masyarakat sudah sulit. Mereka habis-habisan dihajar kenaikan harga bahan pangan. “Kalau sekarang harga BBM dinaikkan tinggi, mereka makin sengsara karena semua barang dan ongkos akan meroketnya,” ujarnya.
Idealnya, ia mengaku kenaikan harga BBM cukup Rp1.000/liter. Ini hanya penyesuaian dari menguatnya harga minyak dunia. “Jadi jangan mencari kesempatan.”
Memang, Pri Agung mengungkapkan pemerintah ingin mengajukan revisi asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia crude price/ICP) di APBN-P dari 80 dolar AS menjadi 90-95 dolar AS/barel, berarti akan ada tambahan anggaran Rp33 triliun.
Namun, ia menambahkan pemerintah jangan menjadikan masalah ini sebagai kesempatan untuk menambal defisit. “Penambahan subsidi ini cuma hitungan saja. Hanya mengotak-atik angka di atas kertas. Mengalihkan dari dana yang satu ke dana yang lain,” ujarnya. (setiawan/B)
agan-agan yg bawa motor-mobil perlu was-was... belum harga yg laen ikut naek gan, semoga kaskus tetep gratis gan.. hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar