Kamis, 14 April 2011

[PIC]SAT-81 Gultor Kopassus, Bergerak Senyap Mematikan






Oleh: MA Hailuki
Nasional - Rabu, 13 April 2011 | 10:55 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Kalangan Komisi I DPR mendesak pemerintah menerjunkan pasukan Den-81 alias Detasemen Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus untuk membebaskan KM Sinar Kudus yang disandera bajak laut Somalia.

Seperti apakah kehebatan Den-81 atau yang kerap disebut SAT-81/ Gultor Kopassus ini? Sepak terjang kehebatan pasukan khusus ini terbukti dengan berhasilnya berbagai operasi militer yang dilakukan TNI.

Kesatuan khusus ini didirikan oleh para alumnus operasi pembebasan pesawat Garuda Indonesia yang dibajak oleh teroris pada 1981. Lalu pada 30 Juni 1982, Detasemen 81 (Den-81) Kopassandha didirikan dengan komandan pertama Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan dengan wakil Kapten Inf. Prabowo Subianto.

Kemudian, kedua perwira tersebut dikirim untuk mengambil spesialisasi penanggulangan teror ke GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9) Jerman. Satuan-81 merupakan ujung tombak pertahanan dan keamanan Republik Indonesia.

Tidak seperti satuan lain yang selalu memamerkan kegiatan mereka, SAT-81 cenderung lebih tertutup. Visi dan misi SAT-81 adalah untuk "Tidak diketahui, tidak terdengar, dan tidak terlihat".

Secara organisatoris, Gultor langsung di bawah komando dan pengendalian Komandan Jendral Kopassus. Gultor saat ini dipimpin perwira menengah berpangkat kolonel. Proses rekrutmen prajurit Gultor dimulai sejak seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan para dan komando di Batujajar.

Kemudian mereka akan ditempatkan di satuan tempur Grup 1 dan Grup 2, baik untuk orientasi atau mendapatkan pengalaman operasi. Saat ini SAT-81 anti teror adalah salah satu perangkat BIN (Badan Intelijen nasional) di dalam operasi khusus yang bersifat paramiliter.

Dengan kemampuan khusus yang dimilikinya ini, SAT-81 Gultor Kopassus diyakini mampu membebaskan KM Sinar Kudur yang dibajak oleh perompak Somalia. Seperti diberitakan sebuah kapal milik Indonesia MV Sinar Kudus sejak 16 Maret lalu disandera di perairan Aden, Somalia. Kapal yang membawa 20 ABK termasuk Kapten Kapal Slamet Djuari itu disandera dalam perjalanan menuju Laut Merah dengan tujuan akhir Belanda.

Perompak yang menyandera kapal yang juga mengangkut nikel milik PT Aneka Tambang senilai Rp1, 535 triliun itu sudah meminta tebusan bahkan menaikkannya dari semula 2,6 juta dollar Amerika menjadi 3,5 juta dollar Amerika. Perompak sempat menurunkan tuntutan nilai tebusan menjadi 3 juta dollar. Mereka kemudian mengancam akan menaikkan nilai tembusan hingga 9 juta dollar Amerika jika pemerintah Indonesia tidak juga memenuhinya. [wiki/nic]


Sumber:

Berita Terkait lainnya nih Gan..

Operasi Woyla, Misi Sukses Kopassus Bebaskan WNI

INILAH.COM, Jakarta - Peristiwa pembajakan KM Sinar Kudus oleh perompak Somalia membangkitkan memori pembajakan pesawat Garuda Indonesia DC-9 oleh kelompok teroris pada 1981.

Operasi pembebasan pesawat DC-9 dikenal dengan sebutan Operasi Woyla. Operasi ini dimulai sehari setelah tersiarnya kabar pembajakan tersebut. Pada pukul 21.00 WIB, 29 Maret 1981, 35 anggota Kopassandha meninggalkan Indonesia dalam sebuah DC-10, mengenakan pakaian sipil.

Pemimpin CIA di Thailand menawarkan pinjaman jaket anti peluru, namun ditolak karena pasukan Kopassandha (kini Kopassus, red) telah membawa perlengkapan mereka sendiri dari Jakarta.

Lalu pada 31 Maret 1981, pukul 02.30 waktu setempat, prajurit Kopassandha mendekati pesawat secara diam-diam. Mereka merencanakan agar Tim Merah dan Tim Biru memanjat ke sayap pesawat dan menunggu di pintu samping.

Semua jendela pesawat telah ditutup. Tim Hijau akan masuk lewat pintu belakang. Semua tim akan masuk ketika kode diberikan. Pada pukul 02.43, Tim Thailand ikut bergerak ke landasan, menunggu di landasan agar tidak ada teroris yang lolos.

Kode untuk masuk diberikan, ketiga tim masuk, dengan Tim Hijau terlebih dahulu, mereka berpapasan dengan seorang teroris yang berjaga di pintu belakang. Teroris tersebut menembak dan mengenai Achmad Kirang, salah seorang anggota Tim Hijau di bagian bawah perut yang tidak terlindungi.

Teroris tersebut kemudian ditembak dan tewas di tempat. Tim Biru dan Tim Merah masuk, menembak dua teroris lain, sementara penumpang menunduk. Para penumpang kemudian disuruh keluar.

Seorang teroris dengan granat tangan tiba-tiba keluar dan mencoba melemparkannya tetapi gagal meledak. Lalu anggota tim menembak dan melukainya sebelum dia sempat keluar. Teroris terakhir dinetralisir di luar pesawat.

Pemimpin teroris, Imran bin Muhammad Zein selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut dan ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha.

Tim medis kemudian datang untuk menyelamatkan pilot pesawat DC-9 Woyla, Kapten Herman Rante, yang ditembak salah satu teroris dalam serangan tersebut. Namun Kapten Herman Rante meninggal di Rumah Sakit di Bangkok beberapa hari setelah kejadian tersebut. Kedua korban peristiwa terorisme ini kemudian dimakamkan di TMP Kalibata.

Operasi kontra terorisme ini dilakukan oleh Grup-1 Para-Komando dibawah pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan yang kemudian beserta tim-nya dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat, kecuali Achmad Kirang yang gugur di dalam operasi terebut dinaikkan pangkatnya dua tingkat secara anumerta.

Para alumnus Operasi Woyla kemudian dikembangkan ditugaskan dalam kesatuan elit Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus yang lebih dikenal dengan sebutan Den-81 atau SAT-81.

Kalangan Komisi I DPR mendesak pemerintah menerjunkan Gultor Kopassus untuk membebaskan para WNI yang berada di KM Sinar Kudus yang dibajak oleh perompakl Somalia. [wiki/mah]


Sumber:

1 komentar: