Kunjungan kerja DPR ke luar negeri dianggap tak lebih dari sekadar pemborosan yang tak berguna. Bahkan tak sedikit yang menuding para wakil rakyat memanfaatkan cara ini untuk bersenang-senang di tengah kesulitan hidup rakyatnya.
“Studi banding ini kan upaya mereka merampok uang negara secara halal demi bersenang-senang. Biar nantinya bisa ada warisan cerita ke anak-cucu, begini lho fasilitas yang didapat selama jadi anggota DPR,” ungkap Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti dalam percakapan dengan matanews.com, Senin 18 April 2011.
Bila tujuan studi banding benar-benar untuk meningkatkan kinerja DPR dalam menghasilkan produk legislasi, Ray meyakini tak akan sesering itu para anggota Dewan berangkat ke luar negeri. Sebab, tahun lalu saja masih banyak tunggakan undang-undang yang belum diselesaikan. Dari target 70 undang-undang dalam Prolegnas 2010, DPR hanya berhasil menyelesaikan tujuh saja.
Pria kelahiran Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, itu menyayangkan tingkah laku DPR yang tak berubah menjadi lebih baik. Menurutnya, bila DPR tahu diri dan berkaca pada pekerjaan rumahnya yang menumpuk pada tahun lalu, mereka akan merasa malu untuk pergi studi banding lagi tahun ini.
“Karena terbukti sendiri kan kalau studi banding ke luar negeri itu nggak ada korelasinya dengan undang-undang yang mereka hasilkan. Omong kosong saja kalau dibilang itu penting demi kepentingan negara dan rakyat karena pada kenyataannya yang mereka lakukan di sana cuma jalan-jalan, foto-foto, dan belanja,” terangnya.
Ray juga menyoroti studi banding Komisi VIII ke China dan Australia yang menurutnya paling tidak masuk akal. Menurut dia, sangat keterlaluan bila untuk belajar soal kemiskinan saja komisi bidang keagamaan dan sosial ini sampai harus menyambangi dua negara tersebut.
“China dan Australia itu bukan negara miskin. Justru orang-orang dari negara lain kalau studi banding soal sosial dan kemiskinan ya datangnya ke Indonesia, kok mereka malah jauh-jauh datang ke sana. Berarti sudah jelas terlihat kalau mereka tujuannya memang cuma buat berfoya-foya pakai uang rakyat,” tutur Ray.
Rencananya, studi banding Komisi VIII itu akan dilaksanakan pada 17 – 24 Mei mendatang. Selain komisi tersebut, ada pula Komisi I yang akan berkeliling ke 5 negara dan Komisi X yang akan berangkat ke Spanyol dan China demi mempelajari fasilitas pendidikan di sana.
Bila digabungkan dengan biaya studi banding BURT ke Inggris dan Amerika dalam waktu dekat ini, maka jumlah anggaran yang harus dikeluarkan dari APBN totalnya mencapai Rp 12 miliar lebih.
Jumlah tersebut, menurut perhitungan Seknas Fitra, bisa dipakai untuk menyekolahkan sebanyak 276 anak dari tingkat pendidikan sekolah dasar hingga sarjana.
“Biaya sebanyak itu bisa menyelamatkan 276 anak yang tidak mampu sekolah untuk mendapatkan beasiswa dari SD sampai ke perguruan tinggi,” imbuh Koordinator Investigasi dan Advokasi Seknas Fitra Uchok Sky Khadafi.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar