VIVAnews - Isu tak sedap menyeruak beberapa hari setelah meninggalnya Tien Soeharto. Beredar kabar, Ibu Negara itu meninggal akibat terkena peluru nyasar dari keributan yang antara Bambang Trihatmodjo dan Hutomo Mandala Putra.
"Itu adalah rumor yang sangat kejam dan tidak benar sama sekali. Saya saksi hidup yang menyaksikan Ibu Tien terkena serangan jantung mendadak," tutur bekas ajudan Soeharto, Jenderal (Purn) Sutanto dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories'. Buku itu diluncurkan Rabu kemarin, 8 Juni 2011 di Jakarta, memperingati ulang tahun Presdien Indonesia yang kedua itu.
Ibu Tien Soeharto meninggal pada tanggal 28 April 1996 pukul 05.10 di RSPAD Gatoto Subroto. Dan kabar yang beredar saat itu adalah bahwa dua anak Soeharto Bambang dan Tommy sempat berebut proyek mobil nasional. Mereka berkelahi dan sempat terjadi baku tembak. Salah satu tembakan diisukan mengenai Ibu Tien.
Sutanto yang kemudian menjadi Kapolri dan kini menjabat Kepala Bin itu menceritakan bahwa sehari sebelum Ibu Tien meninggal, almarhumah sempat mengunjungi sentra pembibitan buah Mekarsari. "Agaknya Ibu Tien terlalu asyik dan gembira melihat-lihat banyaknya tanaman yang tengah berbuah. Ibu Tien lupa bahwa sebenarnya beliau tidak boleh berjalan terlalu lama dan jauh. Hal itu untuk menjaga kesehatan Ibu Tien yang sedang mengidap gangguan jantung," kisahnya.
Dalam buku itu Sutanto menulis bahwa pada 27 April 1996, Soeharto pulang dari laut memancing ikan. Dia sempat bertemu dengan istrinya itu. "Suasananya berlangsung seperti biasa. Hanya pada waktu itu, Ibu Tien harus banyak istirahat karena kelelahan," ujar bekas Kapolri itu.
Kemudian pada 28 April 1996 sekitar pukul 04.00, Ibu Tien mendapat serangan jantung mendadak. Saat itu, Ibu Tien tampak sulit bernafas. ""Dalam kondisi genting segera diputuskan untuk membawa Ibu Tien ke RSPAD Gatot Subroto. Saya melihat dokter kepresidenan Hari Sabardi memberi bantuan awal pernapasan dengan tabung oksigen. Saya sendiri turut membawa ibu negara dari rumah ke mobil dan selanjutnya ke RSPAD," tuturnya.
Saat itu, lanjut Sutanto, Tommy dan Sigit juga ikut mengantarkan ibunya ke rumah sakit.
Namun, setelah berbagai upaya penyelamatan medis dilakukan, sekitar pukul 05.10 Ibu Tien menghembuskan nafas terakhirnya. Pada saat itu, Soeharto tampak terus mendampingi istrinya di rumah sakit.
"Saya harap jangan sampai rumor tidak benar itu tetap dipercaya oleh sebagian orang yang hingga kini terus menganggapnya benar," tegas Sutanto.
Buku Untold Stories itu ditulis oleh sejumlah mantan bawahan Soeharto. Antara lain mantan Wapres Try Sutrisno, mantan Menteri Keuangan JB Sumarlin, dan sejumlah mantan menteri pada era orde baru. Sejumlah ajudan Soeharto juga berkisah lewat buku ini. Sejumlah petinggi negara tetangga seperti Mahathir Muhammad, Sultan Hasanah Bolkiah dari Brunei Darrussalam, dan mantan Presiden Philipina ikut menulis.
Lebih dari tiga puluh tahun memimpin negeri ini-- dalam cara yang penuh kontroversi-- Soeharto jatuh sesudah reli unjuk rasa mahasiswa dan kelompok pro demokrasi. Sejumlah mahasiswa meninggal dalam unjuk rasa menurunkan Soeharto. Kerusuhan Mei itu hingga kini dikenang sebagai salah satu peristiwa terburuk dalam sejarah bangsa ini.
Banyak yang memuji Soehato, tapi sungguh banyak pula kalangan yang menuduhnya terlibat pelanggaran HAM, dari peristiwa 1965 hingga kasus Aceh. Ia juga dirundung tuduhan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) sepanjang memerintah lebih dari 30 tahun itu.
Soeharto sempat dijadikan tersangka dalam kasus KKN. Tapi dia tidak datang ke persidangan karena sakit. Belakangan sakitnya itu bersifat permanen. Kasus itu kemudian dipendam oleh kejaksaan hingga Soeharto wafat.
Sesudah kejatuhannya, polemik tentang Soeharto terus menyala. Antara mereka yang mendukung dan massa yang menentang.
Banyak yang mendukungnya menjadi pahlawan, banyak pula yang menentang keras sebab sejumlah sejarah gelap kekerasan sepanjang massa 30 tahun harus diluruskan sebelum dia dianggap pahlawan.
Ais Ananta Said adalah anak sulung Ali Said, SH, Jaksa Agung di masa Soeharto berkuasa mendukung penuh Soeharto menjadi pahlawan. Jasa mantan presiden itu, katanya, terlalu banyak untuk diabaikan dari gelar pahlawan.
Sejumlah anak tokoh Partai Komunis Indonesia dan korban pelanggaran HAM menolak keras. "Dijatuhkan rakyat, kok jadi pahlawan," tanya Ilham Aidit, anak Dipa Nusantara Aidit. (baca selengkapnya wawancara VIVAnews.com dengan Ilham di sini).
Dahlia Biki, putri Amir Biki tokoh yang tewas dalam traegdi Tanjung Priok 1984 mempertanyakan kelayakan Soeharto jadi pahlawan. Pelanggaran HAM yang dituduhkan kepadanya, kata Dahlia, harus ikut dipertimbangkan. (Baca wawancara Dahlia di sini)
Pertengahan Mei lalu, survei Indobarometer mengejutkan publik. Mayoritas responden yang disurvei ternyata sudah rindu dengan Soeharto. Meski banyak kaum cendekia yang mempersoalkan metode dan pertanyaan dalam survei ini, sosok Soeharto kembali ramai dibicarakan. Dan Rabu kemarin, sejumlah mantan bawahannya meluncurkan buku The Untold Stories itu.
sumber:VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar