Minggu, 19 Juni 2011

Aktivis LSM Dukung Penolakan PLTN Muria. Ada apa Dibalik Penolakan PLTN di Indonesia?


Aktivis Dukung Penolakan PLTN Muria
Sabtu, 18 Juni 2011 | 10:56:30 WIB

batavia.com - Masyarakat Anti Nuklir Indonesia atau (Manusia) terus menggalang dukungan dari dunia internasional untuk menolak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, PLTN di Indonesia. Menurut rencana PLTN akan dibangun di Semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah.

Aktivis Manusia, Dian Abraham menjelaskan, dukungan penolakan rencana penggunaan nuklir untuk listrik di Indonesia juga dilakukan aktivis yang tergabung dalam jaringan organisasi anti nuklir di Asia. Dian menjelaskan saat ini para aktivis tengah menggalang dukungan penolakan penggunaan nuklir di Indonesia dari negara-negara di Eropa dan Amerika.

“Rekan di Jepang adalah teman yang paling peduli dengan isu PLTN Jepara. Baru beberapa hari lalu mereka menurunkan tulisan tentang PLTN Jepara. Mereka dalam kesempatan lain juga ikut demo tentang PLTN Jepara, sampai mereka dideportasi. Jadi mereka sangat membantu kita dari tahun 1990 dan berlangsung sampai sekarang melakukan kampanye penolakan ekspor PLTN ke Indonesia.

Rekan-rekan asal Amerika juga berkolaborasi dengan itu. Jadi mereka sebenarnya sangat dekat dengan isu kita dan mereka sangat perduli,” ujarnya ketika dihubungi, Sabtu (18/6).

Dian menambahkan saat ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menghentikan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Menurutnya, sebagai negara maju, Jepang sudah membatalkan rencana pembangunan sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir.

Rakyat Jepang menolak penggunaan nuklir untuk pembangkit listrik pasca insiden reaktor nuklir Fukushima. Selain Jepang, saat ini Jerman juga berencana ikut menolak


Pakar : PLTN Menguntungkan bagi Indonesia
Rabu, 11 Mei 2011 20:44 WIB

Padang (ANTARA News) - Pakar Ilmu Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat, Prof Dr Emriadi MS mengatakan, dilihat dari kebutuhan energi listrik negara, pendirian pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sangat manguntungkan bagi Indonesia.

"Saat ini kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat, PLTN bisa menjadi jawaban untuk mengatasi krisis listrik yang tengah dihadapi Indonesia," katanya di Padang, Rabu.

Ia mengatakan, krisis listrik sudah sejak lama menjadi persoalan dan telah dipredikasi oleh banyak ahli energi di Indonesia sejak sepuluh tahun yang lalu.

Kebutuhan energi ini, katanya, dapat meningkat secara eksponensial, baik ditinjau dari kapasitasnya, kualitasnya maupun ditinjau dari tuntutan distribusinya.

Menurut dia, konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Peningkatan kebutuhan listrik dikemudian hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5 persen per tahun hingga 2020," katanya.

Komsumsi listrik Indonesia yang begitu besar akan menjadi masalah bila dalam penyediaannya tidak sejalan dengan kebutuhan. Kebutuhan pasokan energi listrik yang terus-menerus dan berkualitas menjadi tuntutan yang harus dipenuhi oleh negara, katanya.

Selain kebutuhan akan listrik yang semakin meningkat, kurangnya pasokan listrik saat ini juga disebabkan jumlah pembangkit listrik yang ada saat ini tidak mengalami penambahan.

Untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan listrik, maka dapat dilakukan dengan pembuatan pembangkit baru yang memiliki daya yang mampu untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional yang semakin besar.

"PLTN dapat menjadi salah satu solusi, disamping alternatif lainnya yang juga mungkin dapat diupayakan oleh negara," katanya.

Ia mengatakan, energi nuklir saat ini merupakan energi yang sangat berpengaruh dalam produksi listrik berbagai negara. Selain itu, ditinjau dari dampak polusi lingkungan, energi nuklir relatif lebih ramah lingkungan.

Ia menambhakan, yang sangat penting bagaimana Indonesia belajar dari pengalaman negara-negara lain yang lebih dahulu telah menggunakan PLTN guna memberi jaminan rasa man kepada masyarakat.

----------------

Kemajuan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang akan menambah kemakmuran rakyat Indonesia, sangat ditentukan antara lain oleh ketersediaan energi yang cukup untuk mendukung industri dan kebutuhan masyarakat, seperti tenaga listrik itu. Masalahnya, pembangkit listrik yang bisa disediakan PLN sangat terbatas, bahkan untuk konsumsi di Jawa dan Bali sekalipun, apalagi di luar Jawa. Solusinya harus dicarikan sumber energi baru yang murah dan aman, dan untuk itu, selain pembangkit listrik panas bumi, energi nuklir adalah pilihan yang sangat rasional.

Tetapi gelombang penolakan pendirian PLTN di Indonesia, terutama oleh LSM 'antah barantah' ( 'you know-lah! ), apalagi pasca ledakan PLTN Fukushima di Jepang beberapa bulan lalu, menjadikan penolakan itu sangat tinggi. Bahkan Presiden SBY pun agak enggan untuk menyinggung tentang rencana PLTN itu (link). Padahal, yang namanya risiko itu pasti ada, bahkan pembangkit yang memakai batubara sekalipun, yang disebut 'fly ash' itu, apa dikira tidak berbahaya? Harap diketahui saja, residu hasil pembakaran batubara di PLTB itu adalah racun yang sangat berbahaya juga. Seharusnya tak perlu secemas itulah, apalagi SDM dan ahli nuklir Indonesia cukup mumpuni kalau haya menangani PLTN seperti itu (link). Bahkan kata ahli di BATAN, PLTN di Indonesia paling aman (link). Jadi, pembangunan PLTN tak harus dibatalkan, hanya karena alasan 'hantu' yang tak jelas itu (link).

Ada satu hal yang perlu diketahui oleh publik di Indonesia, dibalik maraknya demo anti PLTN selama ini. Yaitu, ada kepentingan ekonomi asing yang sangat dirugikan kalau Indonesa bisa mendapatkan energi murah via PLTN, dan mengabaikan pemakaian teknologi lainnya seperti pembangkit listrik yang digerakkan panas bumi dan tenaga batu bara atau diesel. Itu terkait dengan UU Kelistrikan yang baru, yang sangat pro kapitlis dimana asing akan diperkenankan masuk ke sektor listrik, membangun pembangkit sendiri dan menjualnya ke masyarakat. Juga kemudahan bagi Pemda-pemda membangun pembangkit listriknya sendiri, yang otomatis pastilah bekerjasama dengan pihak investor asing jua pada akhirnya, baik dari segi permodalan maupun teknologinya. Disamping itu, beberapa perusahaan asing, saat ini sedang mengembangkan energi panas bumi untuk pembangkit listrik (link), yang nantinya otomatis mereka ikut mengelola aspek ekonomin dan produksinya seperti halnya migas itu. 

Sekarang anda bisa membayangkan, kalau kemudian PLTN bisa berdiri, dan Indonesia bisa memperoleh energi listrik yang murah-meriah, maka akan bagaimana nasib perusahaan asing yang sangat berminat terjun di bisnis listrik itu? Itu belum kenyataan di masa depan, energi listrik yang murah dari PLTN, akan mendorong kegiatan industri lebih masif lagi di negeri ini, sehingga pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi. Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi baru seperti halnya China dan India tentunya.

2 komentar:

  1. Sepertinya anda harus baca ttg nuklir yang sebenarnya karena bencana Nuklir di Fukushima lebih besar dari pada Chernobyl.
    sumbernya bisa anda cari di sini http://www.helencaldicott.com/

    di youtube juga banyak

    efek radiasi bukan cuma kanker, yang lebih parah adalah deformed DNA yang permanen ke generasi selanjutnya. Kalau anda mau mengambil resiko mengorbankan DNA permanen silakan anda saja! Fly ash memang berbahaya paling tidaj hanya untuk generasi ini bukan untuk generasi mendatang. Kalau anda adalah seorang engineer, anda pasti paham. Jangan mengajak org lain, pelajari lebih dulu baru komentar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan komentar anda GREENPEACE. Let's stop Nuclear Power di bumi Indonesia

      Hapus