Kronologi Satgas TNI di Perairan Somalia
TNI akhirnya membuka diri mengenai misi militer yang dikirim untuk alternatif pembebasan MV Sinar Kudus yang disandera bajak laut Somalia sejak 16 Maret 2011. ”Kami mengirim pasukan sejak 23 Maret. Ada tiga kapal perang, satu pesawat, dan satu helikopter. Meski akhirnya serbuan militer dibatalkan, KRI dan satuan udara terus membayangi MV Sinar Kudus dan mengumpulkan data tentang bajak laut,” kata Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul di Jakarta, Minggu (1/5).
Keputusan mengirim 800-an personel militer diambil setelah Presiden RI memimpin rapat kabinet terbatas pada 18 Maret 2011. Ditetapkanlah satuan tugas (satgas) dengan sandi Duta Samudra I/2011.
Akhirnya pada 23 Maret diberangkatkan dua fregat, KRI Abdul Halim Perdanakusumah dan KRI Yos Sudarso, dari Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta. Sepasang fregat ini bertolak menuju Kolombo, Sri Lanka, dengan singgah di Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat.
Selanjutnya pada 29 Maret, sebuah Boeing 737 TNI AU mengangkut personel Kopassus TNI AD dan Intai Amfibi TNI AL. Pasukan khusus diberangkatkan ke dua KRI yang berada di Sri Lanka. Perjalanan dilanjutkan ke daerah operasi pada 30 Maret.
Satgas mengumpulkan data intelijen dan pengintaian (reconnaissance) di perairan Somalia pada 5 April. Ada tambahan kekuatan berupa KRI Banjarmasin, sebuah kapal tipe landing platform dock, yang mampu mengangkut beberapa helikopter dan puluhan kendaraan tempur. Kapal ini berangkat dari Pelabuhan Kolinlamil, 21 April.
Pada 25 April, Satgas Duta Samudra tiba di Pelabuhan Salalah, Kerajaan Oman, untuk mengisi ulang perbekalan.
Pada 26 April, Satgas Duta Samudra kembali ke daerah operasi di Perairan Somalia. MV Sinar Kudus berada di pesisir Eil, kampung nelayan sekaligus sarang bajak laut Somalia yang berada 500 mil sebelah utara ibu kota Mogadishu.
Pada 1 Mei pukul 06.00 waktu setempat (pukul 11.00 WIB), Satgas Duta Samudra berada dalam jarak 15 mil laut dari MV Sinar Kudus. Jarak tersebut memungkinkan kontak visual dengan mata telanjang. Jangkauan mata manusia adalah 20 mil horizon di lautan luas.
”KRI kita membayangi para bajak laut dan MV Sinar Kudus yang bergerak. Kami mengawal sampai semua bajak laut turun meninggalkan kapal. Kami mencegah agar jangan sampai ada kelompok bajak laut lain yang mengambil kesempatan. Ada sekurangnya 15 kelompok besar bajak laut di sana,” ujar Iskandar Sitompul.
Iskandar Sitompul mengatakan, serangan militer tidak dilakukan karena permintaan keluarga dan para nakhoda kapal niaga serta para sandera berada di tempat terpisah.
”Namun, kami menjaga seluruh proses dan mengawal Sinar Kudus hingga selamat tiba di Oman,” kata Sitompul. MV Sinar Kudus dengan muatan dan 20 awak kini bergerak dengan kecepatan 12 knot menuju Salalah di barat Oman, dekat perbatasan Yaman.
Pertanyaan tersisa, apakah TNI akan bergabung dengan patroli internasional membasmi bajak laut di Somalia.(Iwan Santosa)
Kita tunggu kelanjutan operasi payback untuk perompak somalia dari TNI..ambil lagi tu duit...lagian, saatnya wacana pasukan khusus terhebat ketiga dunia juga di buktikan
TNI Kawal Kapal MV Sinar Kudus
1 Mei 2011, Jakarta (ANTARA News): Sejumlah prajurit TNI yang dilengkapi dengan persenjataan akan mengawal kapal MV Sinar Kudus menuju tempat aman setelah dibebaskan oleh perompak di perairan Somalia.
(buat apalagi manggul senjata toh sandera di bebaskan dengan tebusan...bagusan bawa pancingan aja...ada hasilnya...lagian bagusan mancing giant fish aja di sono...)
"Semua sudah dibebaskan. Selanjutnya TNI yang di sana akan mengawal kapal sampai aman," kata Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul dalam keterangan pers bersama pimpinan PT Samudera Indonesia di Jakarta, Minggu malam.
Laksamana Muda Iskandar menjelaskan, TNI akan mengawal kapal ke tempat yang diinginkan oleh PT Samudera Indonesia sebagai pemilik kapal MV Sinar Kudus.
Menurut dia, kapal tersebut perlu di kawal karena ada sekitar 15 kelompok perompak yang beraksi secara terpisah di perairan Somalia.
"Kalau ini kita lepas saja, ada risiko bisa dirompak lagi," kata Iskandar.
Para perompak tersebut sudah terlatih dan sangat terorganisasikan. Iskandar menjelaskan, setiap kelompok perompak memiliki tim yang melakukan tugas masing-masing, misalnya menyergap, tim perunding , dan penanggung jawab senjata.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Samudera Indonesia David Batubara mengatakan, kapal MV Sinar Kudus telah meninggalkan perairan Somalia Minggu sore . Kapal tersebut bergerak ke arah utara dengan kecepatan 12 knot.
"Rencananya akan berlabuh di sebuah pelabuhan yang sudah disiapkan dan aman," kata David tanpa menjelaskan lebih rinci tentang tempat tersebut.
Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul menambahkan, pemerintah telah memutuskan untuk menggabung opsi perundingan dan operasi militer untuk membebaskan awak kapal MV Sinar Kudus.
Hal itu, kata Iskandar, sesuai dengan arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dinyatakan dalam sidang kabinet pada 18 Maret 2011, atau dua hari setelah kapal dibajak.
Menurut Iskandar, TNI telah mengirimkan sejumlah pasukan, tiga kapal, satu pesawat, dan satu helikopter untuk menjalankan misi itu.
"Kita mem-back up dari belakang dengan jarak dekat sekali," katanya.
Iskandar menjelaskan, TNI tidak melakukan penyerangan terhadap perompak karena beberapa pertimbangan, antara lain adalah saran dari Ikatan Nahkoda Niaga Indonesia. Kelompok itu menyarankan pihak terkait untuk mendahulukan upaya perundingan .
"Keluarga, ibu, dan anaknya juga mengatakan usahakan diplomasi," kata Iskandar menambahkan.
Selain itu, posisi MV Sinar Kudus yang sudah lego jangkar atau merapat ke daratan dan berada di antara kapal dari negara lain juga menjadi pertimbangan. Operasi militer berupa penyerangan dalam posisi seperti itu bisa menimbulkan banyak korban, termasuk dari pihak kapal negara lain.
Pengamat: Indonesia Harus Berpartisipasi Perangi Perompak
Pengamat Hukum Internasional Hikmahanto Juwana menilai insiden penyanderaan kapal berbendera Indonesia oleh perompak Somalia harus menjadi alasan kuat bagi Pemerintah Indonesia untuk berpartisipasi dalam upaya internasional memerangi perompak.
"Pemerintah harus berpartisipasi dalam upaya masyarakat internasional memerangi perompak Somalia dan para pengendalinya baik yang berada di Somalia atau di luar," kata Hikmahanto dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Minggu.
Ia menilai, Pemerintah perlu mendorong PBB untuk memberi bantuan kepada pemerintah Somalia agar Somalia bangkit dari negara gagal.
"Perompakan di daerah Somalia merupakan akibat dari tidak dimungkinkannya rakyat Somalia mendapatkan pekerjaan yang layak," katanya.
Pada kesempatan itu ia mengapresiasi Pemerintah dan PT Samudera Indonesia atas keberhasilan pembebasan 20 WNI ABK NV Sinar Kudus.
"Sebagaimana disampaikan oleh David Batubara dari SI bahwa negosiasi ini relatif cepat bila dibandingkan dengan negosiasi yang dilakukan oleh kapal-kapal berbendera negara lain," katanya.
Menurut Hikmahanto, Pemerintah dan SI telah membuktikan mereka tidak mengabaikan perlindungan bagi warga negaranya.
"Mereka telah serius dalam upaya menyelamatkan para ABK," katanya.
Saat ini, kata dia, pemerintah harus memikirkan upaya agar kapal-kapal berbendera Indonesia tidak menjadi sasaran empuk bagi perompak Somalia serta WNI ABK di kapal-kapal berbendera bukan Indonesia tidak terancam keselamatannya.
Pemerintah, kata dia, harus menyiapkan prosedur tetap yang dilakukan ketika peristiwa yang sama terjadi.
"Bagaimana prosedur kerja antara pemerintah dengan pemilik kapal dan bagaimana opsi militer dalam posisi siaga," katanya.
Pemerintah, lanjut dia, juga bisa memikirkan kemungkinan TNI untuk berperan dalam mengawal kapal-kapal kargo yang penting bila melewati jalur laut itu, atau bahkan memikirkan agar personel militer dapat berada di dalam kapal.
"Pemerintah juga bisa mendorong agar ada jasa pengamanan swasta untuk turut melakukan pengamanan di atas kapal berbendera Indonesia," katanya.
Pada akhir pekan ini, kapal berbendera Indonesia yang dibajak oleh perompak Somalia telah dibebaskan setelah pemilik kapal membayar tebusan.
sumber : antara.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar