AKU CINTA INDONESIA
umba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari 6 wilayah Kecamatan yaitu : Kec. Loli, Kec. Waikabubak, Kec. Tana Righu, Kec. Wanokaka, Kec. Lamboya dan Kecamatan Lamboya Barat. Kota Kabupten Sumba Barat terletak di Waikabubak.
Kabupaten Sumba barat terletak antara 9° 18' - 10° 20' LS dan 118° ' - 120°23' BT. Luas wilayah Kabupaten Sumba Barat 737.59 km2 dengan kemiringan 14° - 140°. Sumba Barat secara topografi terdiri dari daratan-daratan, gunung dan perbukitan yang semuanya menghasilkan pemandangan cantik berupa lembah-lembah yang membentang dengan bukit-bukit. Namun di sisi lain, topografi semacam ini mengakibatkan tanah rentan terhadap erosi.
Peta Sumba Barat
WISATA ALAM
Banyak potensi wisata alam di Sumba Barat seperti pantai-pantai berpasir putih, danau, air terjun, kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru, bukit-bukit serta lembah-lembah yang hijau.
1. Pantai Marosi yang terletak di Kec.Lamboya, sekitar 32 Km dari Waikabubak. Pantai Marosi merupakan salah satu pantai tercantik di Sumba Barat. Pantai ini dekat dengan arena Pasola Hobba Kalla (Pasola Lamboya) serta sejumlah perkampungan tradisional.
Pantai Marosi
2. Pantai Rua yang terletak di Kec. Wanokaka. Karena jaraknya yang relatif dekat dengan Kota Waikabubak yaitu sekitar 27 km, maka pada hari libur pantai ini menjadi alternatif utama bagi para wisatawan lokal yang ingin melepas penat sambil berenang, memancing dan berjemur matahari. Dari Waikabubak dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 1 jam perjalanan.
Pantai Rua
3. Pantai Nihi Watu juga terletak di Wanokaka. Pantai yang terletak di desa nelayan kecil dan merupakan teempat dilaksanakannya upacara Nyale pada dini hari menjelang Pasola. Terletak 21 Km sebelah Selatan kota Waikabubak. Ombak di tempat ini merupakan salah satu yang tercepat di mana pun. Tidak diragukan kalau Nihiwatu merupakan salah satu pantai dengan ombak terbaik di Indonesia dan bahkan dunia. Tak hanya berselancar, tempat ini juga memungkinkan dinikmati untuk berbagai aktifitas mengasyikkan lain seperti mengendarai kuda di pantai, memancing, menyelam, mengamati burung, bersepeda gunung hingga trekking ke air terjun.
Pantai Nihi Watu
4. Air terjun Laipopu terletak di desa Katiku Loku, Kec. Wanokaka, tepatnya di Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru. Air terjun yang berada di kawasan TNMT ini mempunyai keunggulan berupa keindahan dari lintasan air yang bertingkat-tingkat sehingga menebarkan butiran air ke berbagai arah. Debit air yang selalu stabil di sepanjang musim menyusun indahnya lumut dan tumbuhan yang menghijau di sekitar objek air terjun.
Hal yang dapat dilakukan adalah menikmati indahnya air terjun dengan berfoto, melakukan pijat air dan merasakan dinginnya air dengan mandi pada sekitar air terjun yang relatif aman bagi pengunjung.
Perjalanan menuju air terjun Laipopu ini memberikan tantangan tersendiri dimana setiap wisatawan yang akan mencapai objek ini dihadapkan pada jembatan gantung yang terbuat dari bambu, menyusuri lintasan berair dan melewati tegakan yang tersusun dari pohon-pohon berkayu. untuk mencapai Air Terjun Laipopu dapat ditempuh kurang lebih 45 menit dari pemukiman penduduk melalui trail yang variatif.
Potensi lain yang dapat dinikmati wisatawan adalah habitat burung kakatua, bentang sawah dan hasil kerajinan masyarakat Desa Katikuloku berupa kain tenun dan anyaman.
Akses menuju lokasi air terjun relatif mudah, dari Waikabubak dapat menuju Desa Katikuloku dengan angkutan umum selama kurang lebih 60 menit. Jalan yang dilalui berupa jalan aspal dan jalan perkerasan. Sedangkan wisatawan dari Kota Waingapu dapat melalui rute Waingapu-Waikabubak-Katikuloku dengan menggunakan jalan darat.
Air tejun Laipopu
5. Bird Wathcing dapat dilakukan di wilayah Sumba Barat terutama di Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru. Berikut beberapa burung endemik ( Sumber ):
Julang sumba
Bondol pancawarna
Kacamata wallacea
Burung-madu sumba
Sikatan sumba
Sikatan-rimba sumba
Anis nusa-tenggara
Kepudang-sungu sumba
Cekakak kalung-coklat
Punggok wengi
Kakatua jambul-jingga
WISATA BUDAYA
1. Perkampungan Adat/Tradisional dan Rumah Adat
Masyarakat Sumba Barat umumnya membangun perkampungan tradisional di puncak-puncak bukit. Hal ini berkaitan dengan masalah keamanan. Di masa lalu sering terjadi perang antar suku untuk memperebutkan daerah kekuasaan sehingga tempat tinggal di daerah yang tinggi bisa menjadi semacam benteng pertahanan. Selain itu pembangungan kampung di puncak bukit bisa dikaitkan dengan konsepsi pra sejarah yang menganggap bahwa semakin tinggi tempat tinggal maka semakin dekat penghuninya dengan arwah leluhur dan dewa-dewa.
Kampung adat
Bagi masyarakat Sumba Barat rumah tradisoinal atau rumah adat bukan sekedar tempat tinggal semata tetapi sekaligus berfungsi sebagai pusat kehidupan sosial dan seremonial mereka.
Rumah adat
2. Budaya Megalitik
a. Batu kubur
Para arkeologi sering menyebut Sumba sebagai the living megalithic culture atau budaya megalitik yang terus hidup. Karena di Pulau sumba tradisi megalitik/batu besar yang muncul sekitar 4500 tahun yang lalu masih setia dipraktekan oleh pengikutnya di pulau ini.
Di Sumba Barat peninggalan megalitik berupa kubur batu berhiaskan arca dan relief-relief menarik dapat ditemukan di setiap kampung adat. Masyarakat Sumba mendirikan batu kubur tepat di depan rumah-rumah mereka. Rumah adat dan batu kubur dianggap sebagai manifestasi kehidupan dan kematian, sekaligus untuk menciptakan rasa persatuan karena kehadiran batu kubur dipercaya mampu menjaga kedekatan dengan kerabat yang telah meninggal. Batu kubur dibuat besar dan megah sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur yang telah meninggal sekaligus sebagai simbol status sosial pemiliknya.
Batu Kubur
b. Upacara Tarik Batu
Video Upacara Tarik Batu
Tarik Batu Kubur atau dalam bahasa sumba disebut tingiwatu/welawatu merupakan sala satu upacara adat terbesar dan termegah, karena memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Pembuatan dan penarikan batu kubur didahului dengan tahan persiapan untuk membicarakan masalah teknis dan finansial. Selanjutnya
- tahan pencarian bahan, lokasi dan jenis batu tidak boleh asal pilih. Tempat yang strategis biasanya menjadi pilihan utamaagar tidak menyulitkan proses penarikan. Jenis batu juga harus pas. Tidak boleh terlalu keras agar mudah dipahat tapi sekaligus harus kuat agar tidak mudah keropos.
- potong batu, setelah bahan dan lokasi ditetapkan maka proses elanjutnya memotong dan memahat batu tersebut menjadi lempengan batu kubur sesuai bentuk yang diinginkan. Prosesi diawali dengan pembacaan doa serta pemberian sesaji berupa ayaam jantan, sirih pinang, telur guna menghalau roh penunggu batu.
- tarik batu dilakukan untuk menarik batu yang telah dipotong dari lokasi bahan menuju kampung atau tempat yang telah ditentukan.
Dalam upacara ini menjadi cerminan adanya budaya gotong royong, sistem perencanaan yang terarah dan pembagian kerja yang teratur.
Tarik Batu
3. Pasola
Pasola berasal dari kata "sola" atau "hola", yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa' (pa-sola, pa-hola), artinya menjadi permainan. Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan. Pasola merupakan bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama asli yang disebut Marapu (agama lokal masyarakat sumba).
Pasola diselenggarakan di Sumba Barat setahun sekali pada bulan Februari di Kodi dan Lamboya. Sedangkan bulan Maret di Wanokaka. Pasola dilaksanakan di bentangan padang luas, disaksikan oleh segenap warga Kabisu dan Paraingu dari kedua kelompok yang bertanding dan oleh masyarakat umum.
Sedangkan peserta permainan adalah pria pilih tanding dari kedua Kabisu yang harus menguasai dua keterampilan sekaligus yakni memacu kuda dalam kecepatan super tinggi (super speed power) dan melempar lembing (hola). Pasola biasanya menjadi klimaks dari seluruh rangkaian kegiatan dalam rangka pesta nyale (cacing laut yang gurih).
pasola
Tidak ada komentar:
Posting Komentar